Widget HTML #1

Hikmah Perang Khandaq, Antara Strategi Cerdik dan Kekuatan Mental #1

Sobat Demuslim tentu pernah mendengar kisah Perang Khandaq, bukan? Sebuah perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW. Perang Khandaq bukanlah perang yang penuh dengan luka dan darah serta kematian, namun lebih menyerupai perang psikologis (psy war). Meski begitu, perang ini sangat panjang dan melelahkan kedua belah pihak.

Perang Khandaq, yang juga dikenal sebagai Perang Ahzab, adalah salah satu peristiwa yang sangat bermakna alias penting dalam sejarah Islam. Peperangan ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke-5 Hijriah  atau tahun 627 Masehi. Pasukan musuh mengepung Madinah pada pada 31 Maret 627 (saat itu Bulan Syawal), dan sekitar sebulan sebelumnya, tepatnya 27 hari, pengepungan baru diakhiri. Pasukan musuh yang telah kelelahan, memutuskan untuk pergi meninggalkan Madinah, kembali ke tempat masing-masing.

Perang Khandaq disebut juga perang Ahzab, yang berarti koalisi atau konfederasi. Memang pasukan musuh kali ini merupakan koalisi dari beberapa kalangan.  Koalisi tersebut terdiri dari beberapa pilar utama, yakni Suku Quraisy di Mekah yang menjadi pelopor, beberapa suku di Arab seperti Bani Ghafatan, Bani Asad, Bani Murrah dan Bani Shuja, serta Suku Yahudi Bani Nadir. Sebenarnya, dengan Bani Nadir, kaum Muslimin telah melakukan perjanjian damai, namun terjadi pengkhianatan yang membuat Bani Nadir diusir dari Madinah.

Koalisi tersebut menyepakati untuk menggempur Madinah dengan kekuatan penuh. Menurut beberapa sumber sejarah, kekuatan pasukan Ahzab adalah sekitar 10.000 tentara, yang lengkap dengan persenjataan dan peralatan perang.

Perang ini juga disebut sebagai Perang Khandaq, khandaq dalam bahasa Arab artinya parit, karena yang menjadi cirikhas dari peperangan ini adalah adanya parit raksasa yang digali oleh umat Islam sebagai  persiapan untuk menghadapi gempuran pasukan Ahzab. Ada pendapat bahwa kata khandaq merupakan bahasa Arab yang berasal dari bahasa Persia "kandak", artinya "sesuatu yang telah digali". 

Salman Al-Farisi

Hal ini sangat mungkin terjadi, karena metode pertahanan dengan khandaq sebelumnya memang tidak dikenal di Arab. Metode pertahanan tersebut diperkenalkan oleh Salman Al Farisi, seorang sahabat Nabi yang bukan orang Arab. Salman berasal dari Desa Jayyun, Kota Isfahan, Persia, yang jaraknya dari Madinah sekitar 2000 kilometer.

Kisah keislaman Salman al Farisi juga merupakan kisah perjalanan menuju hidayah yang sangat menarik. Salman lahir pada tahun 568 Masehi, jadi lebih tua 3 tahun dari Nabi Muhammad SAW yang terlahir pada 571 Masehi. Nama asli Salman adalah Rouzbeh Khoshnudan, putera seorang yang kayaraya dan ternama sekaligus pemuka Persia yang sangat taat pada agama Majusi, atau Zoroaster, agama Persia kuno.

Awalnya, sebagai seorang Persia, Salman menganut agama yang sama dengan ayahnya Majusi, bahkan Salman pernah diberikan tugas untuk menjaga api suci Majusi. Akan tetapi, lama-lama dia merasakan hal yang tidak nyaman dengan agamanya. Perasaan itu semakin menjadi-jadi, membuat dia akhirnya memutuskan untuk mengembara ke Suriah dan masuk agama Nasrani. 

Salman pun mencoba memeluk agama Nasrani, tetapi ia kecewa pada pendeta yang hidup bergelimang harta, hasil dari permintaan umat soal penebusan dosa. Dia pun kembali pergi dari pendeta Nasrani tersebut. Salman sempat tertipu dan menjadi budak orang Yahudi. Singkat kata, akhirnya pengembaraan Salman sampai ke Madinah. Pencarian agamanya membawa hingga ke jazirah Arab dan akhirnya bertemu Rasulullah dan memeluk agama Islam. Sampai wafat, Salman tetap memeluk Islam karena merasa telah mendapatkan kebenaran yang dicari. Bahkan, Salman menjadi salah satu Sahabat Rasulullah yang utama.

Pasukan Koalisi

Kembali ke Perang Khandaq. Seperti disebutkan di atas, perang tersebut diawali dengan pengepungan pasukan koalisi di sekitar kota Madinah (lihat ilustrasi di atas). Pengepungan tersebut dimulai pada 31 Maret 627, dan berakhir setelah 27 hari. Tujuan dari pengepungan itu adalah karena Pasukan Ahzab sangat geram dan ingin menghancurkan Islam sehancur-hancurnya. Mereka ingin menenggelamkan ajaran Islam dan mengusir Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya dari Madinah. 

Sebenarnya, setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya menjalin perjanjian dengan suku-suku Arab dan Yahudi di sekitar Madinah. Isi dari perjanjian tersebut berisi kesepakatan untuk hidup damai secara berdampingan. Namun, melihat dakwah Islam terus berkembang, suku-suku tersebut tidak senang, dan akhirnya terjadi berbagai konflik yang terus saja memuncak, sehingga suku-suku Arab itu kemudian tergoda bujuk rayu Suku Quraisy di Mekah untuk bersama-sama menggempur Islam. 

Pasukan koalisi dari Suku Quraisy, yang dipimpin langsung oleh oleh Abu Sufyan. Suku Quraisy membawa paling banyak pasukan. Selain itu bergabung juga suku-suku Arab lainnya, termasuk Banu Nadir. Pasukan koalisi ini mencapai jumlah yang sangat signifikan, dengan 10 ribu tentara. Sementara menurut Syekh Wahbah Az Zuhaili, jumlahnya bahkan mencapai 15.000 pasukan.

Rencana Bocor dan Penggalian Parit

Untungnya, rencana tersebut bocor. Kaum Muslimin mengetahui rencana penyerangan tersebut. Dengan adanya ancaman serius ini, Nabi Muhammad SAW berunding dengan para sahabat dan mengambil tindakan pencegahan. Pada saat itulah, Salman mengusulkan untuk membangun Khandaq. Nabi setuju dengan usulan tersebut. Mereka memutuskan untuk menggali parit (khandaq) di sekitar Madinah untuk menghalangi serangan pasukan musuh dari darat. Parit raksasa ini berukuran panjang 5.544 meter, lebar 4,62 meter dan kedalamannya 3,234 meter. Namun ada juga riwayat lain bahwa panjang parit adalah 5000 dzira' atau 3 km, dengan lebar sekitar 4-6 meter dan kedalaman 5,5 meter. Mana yang benar? Yang jelas, keduanya sama-sama menunjukkan bahwa parit tersebut sangat besar.

Bagaimana membuat parit sebesar itu? Apalagi, tanah di Arab rata-rata adalah tanah keras dengan bebatuan cadas, yang tentunya sulit digali. Kaum Muslimin bergotong royong langsung dipimpin Rasulullah SAW menggali parit tersebut. Menurut Ibnul Qayyiem, penggalian parit tersebut berlangsung selama 1 bulan, sedangkan pendapat lain mengatakan 2 minggu. Yang menakjubkan, penggalian tersebut berlangsung pada saat bulan Ramadan!

Meski sedang berpuasa, Kaum Muslimin berjuang keras, dan Rasulullah bahkan memberikan beberapa kabar gembira melalui hadist-hadistnya, yang berisi tentang prediksi penaklukkan negara-negara besar pusat peradaban dunia saat itu, yakni Syam, Yaman, dan Persia.

Bersambung ke Bagian Dua.

Penulis: Yeni Mulati

Posting Komentar untuk "Hikmah Perang Khandaq, Antara Strategi Cerdik dan Kekuatan Mental #1"