Jika ada Masa Depan yang Indah, Mengapa Kita Terlalu Lama Meratapi Masa Lalu? Mungkin ini akan menguatkanmu!
Muslimahunik |
Kehilangan orang yang dicintai, orang yang dikasihi, memang berat untuk dijalani. Tapipun begitu, kamu harus tegar, yakinlah Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik.
Bisa jadi, ujian kehilangan membuat kita lebih kuat, lebih tegar dalam menghadapi kenyataan. Bisa jadi, dengan adanya kehilangan membuat kita sadar bahwa apapun kehidupan yang kita milik saat ini harus benar-benar disyukuri sebelum semuanya pergi dan hilang.
Ada banyak kisah orang yang harus bunuh diri karena terikat oleh masa lalu yang kelam. Dosa dan harapan yang kadang tidak terwujud, lalu memilih untuk mengakhiri hidup ini.
Padahal hidup ini hanya sederhana. Kita menerima kenyataan di masa lalu sebagai sebuah fakta dan bersiap menuju masa depan yang gemilang. Biarlah masa lalu yang buruk akan menjadi pijakan paling kuat untuk kita melangkah lebih baik.
Dalam buku La Tahzan pernah dituliskan begini :
Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan selamanya.
Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis.
Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan dirimu dari bayangan masa lalu!
Apakah kamu ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata?
Ingatlah, keterikatanmu dengan masa lalu, keresahanmu atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwamu oleh api panasnya, dan kedekatan jiwamu pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.
Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.
Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu."
Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.
Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya."
Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang, sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini,
"Mengapa engkau tidak menarik gerobak?"
"Aku benci khayalan," jawab keledai.
Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu.
Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing puing yang telah lapuk.
Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu.
Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun menoleh ke belakang.
Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!
Sumber : La Tahzan
Posting Komentar untuk "Jika ada Masa Depan yang Indah, Mengapa Kita Terlalu Lama Meratapi Masa Lalu? Mungkin ini akan menguatkanmu!"
Posting Komentar