Widget HTML #1

Tips Memenej Keuangan: Agar Tidak Boncos di Tanggal Tua

Tanggal tua kerap menjadi momok bagi banyak orang. Gaji yang baru saja diterima awal bulan bisa tiba-tiba habis sebelum akhir bulan tiba. Akhirnya, kita pun berhutang ke sana kemari. Begitu gajian, uang yang kita terima akan habis untuk membayar hutang. Kita pun kembali berhutang. Gali lubang tutup lubang. Terus begitu.

Banyak kasus, karena merasa telah terjebak pada kondisi yang sulit untuk berubah, akhirnya mencoba peruntungan seperti judi online atau pinjaman online. Walhasil, kondisi keuangan justru semakin memburuk.

Padahal, seberapa besar pun penghasilan kita, jika tidak dikelola dengan bijak, tetap saja akan terasa kurang. Ada orang-orang bergaji dua digit, tetapi karena gaya hidupnya juga tinggi, maka terjebak juga pada krisis finansial. Sementara, banyak orang dengan penghasilan yang menurut bayangan orang sangat kecil, ternyata bisa bertahan dan bahkan bisa menabung sedikit demi sedikit. Kuncinya bukan pada besar kecilnya pendapatan, melainkan bagaimana kita memenejnya.

Pada prinsipnya, rezeki itu sudah dijamin oleh Allah SWT. Allah berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (QS. Huud: 6).

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, hal ini berarti bahwa semua makhluk telah dijamin rezekinya oleh Allah SWT. Termasuk hewan melata juga hewan lainnya baik yang kecil maupun besar, di manapun berada baik di daratan maupun lautan. Hewan melata saja dijamin rezekinya, apalagi manusia.

Memang, seringkali rezeki kita menjadi surut karena sistem yang tidak adil, ketimpangan sosial yang sangat vulgar, sehingga banyak aktivis sosial menyebutkan istilah "kemiskinan struktral". Yakni kemiskinan yang disengaja dibuat oleh pihak-pihak tertentu dengan cara menghilangkan akses sekelompok orang pada sumber-sumber rezeki. 

Kita tentu berharap agar sistem perekonomian yang Islami, yakni adil, bisa terealisir di manapun manusia tinggal di muka bumi ini. Namun, sembari berharap, tak ada salahnya kita juga berusaha melakukan proses antisipasi dengan memenej keuangan yang kita miliki.

Salah satu cara paling efektif dalam mengelola keuangan adalah dengan membaginya ke dalam empat pos utama, yaitu: konsumsi, tabungan, investasi, dan sedekah. Mari kita bahas satu persatu.

Konsumsi

Berapa jumlah dana yang harus kita alokasikan untuk konsumsi? Pertanyaan ini sulit dijawab, terlebih jika penghasilan kita hanya cukup untuk makan. Namun, ddealnya, alokasi konsumsi—seperti makan, transportasi, tagihan, dan kebutuhan harian—tidak lebih dari sepertiga atau paling tidak setengah dari penghasilan. Dengan membatasi konsumsi, kita bisa memastikan masih ada ruang untuk menabung, berinvestasi, dan berbagi. 

Kita perlu lebih berhemat dengan konsumsi, misal dengan masak sendiri. Bayangkan, untuk kota seperti Solo, sekali makan di restoran, satu porsi bisa sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 50.000. Jika kita makan sekeluarga dengan 4 orang, maka bisa hitung sendiri. Sementara, dengang uang Rp 50.000 kita bisa memasak makanan untuk 3 kali makan bagi 4 orang. Hidup di Solo katanya memang murah, dibandingkan dengan Jakarta atau Bandung. Akan tetapi, UMK di kota Solo juga hanya separuh dari Jakarta.

Penting untuk dicatat: jauhi seminimal mungkin makanan yang terbuang! Menurut data FAO, setiap tahunnya, makanan yang terbuang di Indonesia mencapai Rp 500 trilyun! Luar biasa, ya?

Kita juga menjajal sumber gizi yang harganya lebih murah. Sebutir telur tentu harganya jauh lebih murah dari sepotong daging. Protein nabati juga tak kalah akan kandungan gizi. Tahu tempe memang rasanya terlalu sederhana, tetapi dengan cara memasak yang bagus, rasanya akan enak juga. Jika kita hidup di desa dengan tanah yang masih luas, menanam sayur dan buah, atau memelihara ayam, membuat kolam ikan, juga akan sangat menghemat pengeluaran.

Kita juga bisa memanfaatkan transportasi umum, berburu promo, atau membeli barang berkualitas dengan harga miring saat diskon. Ingat, hidup hemat bukan berarti pelit, melainkan cerdas dalam membuat prioritas.

Tabungan

Pos kedua adalah tabungan. Tabungan menjadi dana darurat yang bisa menyelamatkan kita dalam kondisi tak terduga, seperti sakit atau kehilangan pekerjaan. Kadang kita mengeluh tentang potongan administrasi yang lumayan jika menabung di bank. Tetapi, sejumlah bank syariah ada yang menyediakan tabungan dengan akad wadiah. Memang kita tidak mendapatkan bagi hasil, tetapi tidak ada potongan dari tabungan kita. Karena tabungan adalah dana darurat yang bisa kita ambil sewaktu-waktu, tampaknya akad wadiah ini bisa kita ambil, terutama jika tabungan kita tidak terlalu banyak.

Investasi

Pos ketiga adalah investasi, yang merupakan cara untuk menumbuhkan kekayaan di masa depan. Investasi berbeda dengan tabungan, karena target kita adalah meraih keuntungan. Kadang, investasi juga ada risiko, karena itu, sebaiknya kita mengalokasikan dana yang jika terpaksa hilang pun keuangan kita akan aman. Namun, bagi yang penghasilannya masih belum terlalu baik, sebaiknya investasi dengan cara yang aman, misal membeli emas, atau membeli reksadana syariah.

Sedekah

Poin sedekah ini penting, sebab dalam keyakinan Umat Islam, sedekah sebenarnya merupakan pengundang rezeki yang lebih banyak untuk kita. Dan kita dianjurkan untuk bersedekah, baik dalam kelapangan maupun kesempitan. Sedekah bukan hanya memberi dampak sosial, tetapi juga melatih kita untuk tidak terlalu terikat pada uang, sekaligus membuka pintu rezeki dari arah yang tak disangka.

Perlu diingat, jika penghasilan masih tergolong kecil, bukan berarti kita tidak bisa menabung, berinvestasi atau sedekah. Yang sangat penting kita miliki adalah pengaturan keuangan yang cermat. 

Dengan membagi penghasilan ke dalam empat pos ini dan menjaga proporsinya, kita tidak hanya selamat dari boncos di tanggal tua, tapi juga bisa membangun masa depan finansial yang lebih sehat. Disiplin dalam pengelolaan keuangan akan membawa manfaat jangka panjang yang tak ternilai. Setuju?

Penulis: Yeni Mulati.

Posting Komentar untuk "Tips Memenej Keuangan: Agar Tidak Boncos di Tanggal Tua"