Widget HTML #1

4 Sebab Allah Turunkan Musibah, Bagaimana Muslim Bersikap?

Foto: Al Jazeera

Oleh Afifah Afra

Pandemi sudah berjalan sekitar satu setengah tahun. Sesak rasanya menghadapi berbagai macam problem berat yang muncul selama pandemi ini. Problem kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Dalam bidang kesehatan, dalam sebulan terakhir ini, kita melihat betapa jumlah penderita Covid-19 naik pesat. Hari ini, Jumat (16/7), di Indonesia tercatat 54.000 kasus positif baru, dengan jumlah kematian mencapai 1.205 jiwa. Indonesia menduduki posisi pertama sebagai negara dengan kasus positif tertinggi di dunia.

Di bidang ekonomi, kondisi masyarakat juga semakin memprihatinkan. Banyak usaha bangkrut, karyawan di-PHK, dan rakyat jatuh miskin. Belum lagi problem pendidikan, sosial budaya, politik dan sebagainya. Semua serba memprihatinkan dan menyedihkan.

Bagaimana sebenarnya sikap seorang Muslim dalam menghadapi pandemi? Pandemi adalah bagian dari musibah yang Allah SWT turunkan kepada manusia. Allah SWT berfirman, "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. At-Taghabun: 11).

Dan musibah yang menimpa manusia, sesungguhnya telah ditulis di dalam sebuah kitab yang disebut sebagai lauhil mahfudz, kitab yang menuliskan seluruh catatan takdir dan kejadian di alam semesta. Dalam Al-Quran disebutkan:

"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah". (QS. Al Hadiid: 22).

Lalu, apa tujuan Allah SWT menciptakan musibah atau bencana?

Pertama, sebagaimana disebutkan dalam kelanjutan ayat tersebut, "Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. Al Hadiid: 23).

Ya, musibah diturunkan sebagai terapi mental, agar kita berperilaku seimbang. Dalam hal ini, kita dididik untuk tidak terlalu sedih jika ada sesuatu yang hilang dari kita, dan juga tidak terlalu gembira berlebihan jika mendapatkan nikmat, sehingga justru kita terjebak dalam sikap sombong. 

Kedua, sebagai peringatan agar kita tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Allah SWT berfirman, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."

Sebab, kebanyakan musibah, memang berasal dari kesalahan manusia sendiri. "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allâh, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri." (QS. An-Nisa: 79).

Karena itu, ketika menghadapi musibah, semestinya kita merenung, tafakur dan melakukan muhasabah. Dengan cara itu, Allah SWT akan memaafkan kita. "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syuro: 30).

Ketiga, agar kita kembali kepada syariat Allah SWT. 

Musibah juga bisa disebabkan karena kita banyak mengabaikan aturan Allah SWT. Maka, kita juga harus berusaha kembali menjalankan syariat Allah SWT, dan tidak menggunakan hukum yang bukan berasal dari-Nya. Allah SWT berfirman,

 "Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah: 49).

Keempat, sebagai ujian keimanan. Allah SWT tidak akan membiarkan kita mengaku beriman secara begitu saja tanpa mengujinya. Karena itu, Allah SWT berfirman, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS Al Ankabut: 2-3).

Bagaimana cara agar kita bisa tabah menghadapi ujian ini? Senantiasalah bersikap sabar dan terus berprasangka baik kepada Allah SWT. Meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT, dan suatu saat akan kembali kepada-Nya.

Allah SWT berfirman, "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah: 155-157).

Mari kita sikapi musibah dengan penuh kesabaran, keikhlasan, ketundukan dan terus berprasangka kepada Allah SWT.

Catatan:

Artikel ini dimuat seizin dari penulisnya. Link asli tulisan ini terdapat di SINI.


Posting Komentar untuk "4 Sebab Allah Turunkan Musibah, Bagaimana Muslim Bersikap?"