Widget HTML #1

Amalan-Amalan Unggulan Saat Ramadan #1

Sebagai sebuah bulan istimewa yang memiliki sangat banyak kemuliaan dan merupakan bulan pendidikan (madrasah tarbiyah) , bulan Ramadan memiliki berbagai jenis ibadah khas yang membedakan dengan ibadah di bulan-bulan lainnya. Berbeda itu bisa karena bentuk ibadahnya, waktu pelaksanaannya, ataupun pahala dan keutamaannya yang saat Ramadan bisa menjadi berlipat ganda. Berikut ini adalah beberapa amalan khas di bulan Ramadan.

1. Puasa 

Sebelum Islam datang, puasa sudah dikenal di Indonesia, namun tentu berbeda dengan puasa dalam syariat Islam. Puasa sendiri berasal dari bahasa Sanskerta upawasa, artinya ritual untuk masuk ke Yang Ilahi, dalam bahasa Jawa berubah menjada pasa (poso), dan diserap dalam bahasa Indonesia menjadi puasa. Dalam bahasa Arab, puasa disebut sebagai shaum atau shiyam. Namun, kata puasa masih tetap dipakai di masyarakat Indonesia sehari-hari.

Puasa tentu merupakan amalan paling khas di Bulan Ramadan. Puasa dalam syariat Islam adalah menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa di bulan Ramadan bersifat wajib, dan merupakan bagian dari rukun Islam. 

Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (Surah Al-Baqarah: 183)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda, "Islam dibangun di atas lima (pokok) perkara, di antaranya adalah puasa di bulan Ramadan." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Selain diwajibkan, puasa juga merupakan sebuah amalan yang istimewa, karena Allah sendiri yang akan membalas dengan balasan yang takaran pahalanya tidak disebutkan secara spesifik. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang penuh dengan kejutan indah di hari pembalasan kelak.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151).

Makan sahur

Selain itu, yang membedakan antara puasa dalam Islam dengan ajaran agama lain adalah bahwa terdapat syariat untuk makan sahur di malam hari. Meski sunnah, sahur sangat dianjurkan. Sebab, dalam sahur terhadap berkah yang berlimpah. Setiap butir nasi, setiap suap makanan, setiap teguk minuman yang dilakukan di saat sahur, memberikan berkah, sehingga sebaiknya kita mengusahakan untuk bangun dan makan sahur.

Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR Bukhari).

Memang puasa tanpa sahur tetap sah. Namun, tentu tidak akan afdal. Sahur dianjurkan untuk dilakukan mendekati waktu adzan subuh. Hal tersebut dianjurkan agar kenyangnya bisa bertahan lama. Ada juga dikenal waktu imsak. Namun, imsak sejatinya hanya semacam lampu kuning atau warning bahwa sebentar lagi sudah hendak adzan subuh dan sudah tidak boleh lagi makan dan minum. 

Buka Puasa

Setelah adzan berkumandang, kita dianjurkan untuk segera atau mengawalkan berbuka. Karena itu, jika kita sedang berpergian, sebaiknya kita membawa bekal berupa minuman dan makanan kecil untuk membatalkan puasa. Makanan atau minuman pembuka puasa yang paling dianjurkan adalah kurma basah, kurma kering, atau air putih, sebagaimana hadist Nabi,

“Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah),  jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air.” (H.R. Abu Dawud, Daruqutni, Al-Hakim).

2. Shalat Tarawih

Shalat Tarawih adalah sholat sunnah yang dilakukan setelah shalat Isya' pada bulan Ramadan. Tarawih merupakan bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari "tarwihatun" artinya waktu sesaat untuk istirahat. Jadi, antar shalat tarawih, sebaiknya ada jeda untuk istirahat sejenak. Pada prinsipnya, shalat Tarawih adalah salah tahajud atau shalat malam yang diawalkan.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Rasulullah ﷺ bersabda, "Barang siapa melakukan shalat malam di bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim). 

Pada saat Rasulullah masih hidup, beliau shalat sendiri, lama-lama diikuti para sahabat. Tarawih pertama dilakukan pada tanggal 23 Ramadan tahun 2 Hijriyah. 

Zaman Umar bin Khattab, beliau memerintahkan shalat tarawih dilakukan secara berjamaah terus menerus di bulan Ramadan. Berapa jumlah rakaat tarawih pada masa itu? Ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlahnya rakaat 20 plus 3 witir atau total 23 rakaat. Ibn al-Mulaqqin, ulama Mazhab Syafii mengatakan bahwa Umar bin Khattab mempelopori shalat tarawih 20 rakaat. Namun, menurut Muhammadiyah, tidak ada bukti resmi bahwa Umar bin Khattab melakukan shalat tarawih di masjid Nabawi sebanyak 20 rakaat. Wallahu a’lam.

Hingga sekarang para  ulama memiliki perbedaan pendapat dalam menetapkan jumlah rakaat, ada yang 8, 20 bahkan 36, sehingga jika ditambah witir menjadi 11, 23, dan 39 rakaat. Menurut pendapat beberapa ulama yang lain seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Syekh Bin Baz, tidak ada batasan yang tegas tentang jumlah rakaat shalat tarawih. 


Penulis: Afifah Afra.

Posting Komentar untuk "Amalan-Amalan Unggulan Saat Ramadan #1"