Mengenal Greta Thunberg, Sang Pendobrak Blokade Gaza
![]() |
| Greta Thunberg |
Greta Thunberg bisa dikatakan telah menjadi hero baru di kalangan Gen Z. Sosoknya banyak dibicarakan berbagai kalangan dengan penuh kekaguman. Menariknya, jika selama ini remaja banyak menggandrungi para artis, atlet sepakbola atau basket atau balapan F-1, sosok Greta justru dikenal karena aktivisme yang tidak biasa. Greta adalah aktivis perubahan iklim dan juga setahun terakhir ini giat menjalankan misi kemanusiaan untuk Palestina. Namanya dikenal luas sejak berusaha untuk menembus blokade Gaza oleh Palestina melalui kapal Madleen dalam Gaza Freedom Flotilla, bulan Juni 2025, dan dilanjutkan dengan Global Sumud Flotilla yang berlangsung sejak Akhir Agustus 2025.
Pada Gaza Freedom Flotilla, Tentara Israel mencegat kapal Madleen yang dinaiki Greta dan aktivis lainnya. Bersama 12 aktivis lainnya, Israel mendeportasi Greta pada peristiwa tersebut. Tak jera atas kejadian tersebut, pada 31 Agustus 2025, Greta kembali berlayar dari Barcelona menuju Tunisia untuk bergabung dengan aktivis dari seluruh dunia. Meskipun mengalami berbagai kendala, akhirnya 42 kapal berlayar dari Tunisia menuju Gaza. Sebanyak 497 peserta dari 46 negara berlayar menuju Gaza untuk menembus blokade Gaza yang telah berlangsung sejak tahun 2007. Kapal-kapal tersebut mengangkut bantuan kemanusiaan berupa makanan dan peralatan medis untuk warga Gaza yang diblokade dari jalur darat, laut, maupun udara.
Baca juga: The Global Sumud Flotilla: Gerakan Sipil Internasional Menembus Blokade Gaza
Gambaran peserta dan negara asal Global Sumud Flotilla bisa dilihat di gambar di bawah ini.
Pencegatan Oleh Israel
Namun, pada awal Oktober 2025, ketika mulai mendekati Gaza, tentara Isreal mulai mencegat kapal-kapal tersebut. Seluruh kapal dikonfirmasi dicegat dan dibajak oleh Israel di perairan internasional, suatu hal yang secara hukum internasional sebenarnya bersifat ilegal. Greta Thunberg, bersama dengan ratusan aktivis lainnya diculik oleh pasukan Israel dan dipindahkan ke kapal perang Israel untuk dibawa ke Ashdod, yang merupakan wilayah negara penjajah Israel.
Penculikan itu memicu protes dari negara-negara asal peserta GSF. Saat ini, sebagian peserta GSF yang diculik Israel sudah dideportasi dan dikembalikan ke negaranya masing-masing. Beberapa peserta flotilla dan pengacara menyebutkan bahwa para aktivis, termasuk Thunberg mengalami perlakuan buruk dari Israel. Greta disebutkan diseret di lantai dengan rambutnya, dipukul, disuruh merangkak dan dipaksa mencium bendera Israel. Dia juga dimasukkan ke dalam tempat yang penuh kutu busuk.
Para saksi dan pengacara juga melipurkan bahwa korban penculikan mengalami dehidrasi, kekurangan air dan makanan, kondisi tempat tidur yang buruk (penuh dengankutu/bedbugs), pembatasan akses hukum, intimidasi, bahkan tindakan yang dikatakan “melecehkan” seperti disobek jilbabnya untuk yang muslimah, dilarang membaca Al-Quran, dipaksa berlutut dengan tangan diikat, dan berbagai perlakuan lain yang tak semestinya. Para aktivis dan organisasi hak asasi menuntut investigasi atas perlakuan tersebut. Namun, menurut Aljazeera, Israel membantah klaim penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi, menyatakan bahwa hak-hak hukum para tahanan dijaga dan menolak beberapa laporan sebagai “tidak benar”. Dalam hal ini, kita semua tahu dengan track record Israel yang sering berbohong.
Biografi Greta Thunberg?
Siapakah Greta Thunberg? Sangat menarik karena sosok yang dianggap sebagai salah satu pemimpin gerakan Global Sumud Flotilla ini ternyata masih sangat muda. Saat ini, Greta baru berusia 22 tahun. Dia lahir di Stockholm, Swedia pada 3 Januari 2003. Nama lengkapnya adalah Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg. Ayah dan ibunya merupakan seniman, dan keluarga besarnya juga merupakan sosok yang populer di Swedia. Ibunya adalah penyanyi opera, bernama Swedia Malena Ernman, ayahnya Svante Thunberg, seorang aktor, dan kakeknya, Olof Thunberg juga merupakan aktor dan sutradara.
Greta menjadi sorotan dunia ketika terlibat dalam aktivisme lingkungan yang berfokus pada perubahan iklim. Pada 2018, di usia 15 tahun, dia memulai aksi mogok sekolah dan secara sendirian di luar gedung parlemen Swedia menuntut agar pemerintah Swedia mengurangi gaya hidup yang mengeluarkan terlalu banyak emisi karbon. Hal tersebut kemudian kemudian memicu gerakan Global Fridays for Future yang pada intinya merupakan gerakan peduli pada lingkungan.
Karena pidato-pidatonya yang lugas tegas, menuntut para pemimpin dunia untuk lebih peduli terhadap dampak perubahan iklim, Thunberg telah menjadi simbol aktivisme iklim generasi muda, menerima berbagai penghargaan dan beberapa kali dinominasikan untuk Nobel Perdamaian. Sejak 2019 ia juga berpartisipasi dalam aksi-aksi langsung dan kadang menghadapi penahanan hukum karena bentuk-bentuk pembangkangan sipil yang dilakukannya.
Pada 2025 ia memperluas aktivismenya ke isu kemanusiaan, termasuk kampanye untuk akses bantuan ke Gaza. Greta Thunberg mengikuti dua kali flotilla, yaitu pada bulan Juni 2025 dan Global Sumud Flotilla pada akhir September–awal Oktober 2025. Secara lantang Greta mengatakan bahwa dia tidak takut kepada Israel, dia hanya takut jika kemanusiaan menjadi lenyap dari muka bumi.
Pengidap Syndrom Asperger
Pada usia 8 tahun, tepatnya tahun 2011, Thunberg mulai mendengar isu santer tentang perubahan iklim. Dia mulai kritis dan mempertanyakan, mengapa manusia tidak mencoba mengatasi problem tersebut? Mengapa hanya sangat sedikit upaya-upaya yang dilakukan manusia di seluruh dunia untuk mengatasi masalah perubahan iklim yang sangat membahayakan masa depan bumi. Rupanya, kegelisahan tersebut membuatnya tertekan, dan akibatnya pada usia 11 tahun, ia mogok bicara, dan mengurangi makannya sehingga dia kehilangan berat sebanyak sepuluh kilogram dalam dua bulan.
Ternyata, kemudian dia didiagnosis menderita sindrom Asperger, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan mutisme selektif. Sindrom Asperger termasuk dalam gangguan spektrum autisme, namun berbeda dengan autisme, penderita sindrom Asperger tidak mengalami kemunduran kecerdasan dan penguasaan bahasa, hanya saja dia merasa canggung untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia luar. Penderita Asperger sangat bersemangat dan senang berbicara dalam topik yang disukai, dan sangat fokus terhadap rutinitas, peraturan dan sangat detail memperhatikan sesuatu dalam waktu lama.
Adapun OCD (Obsessive-Compulsive Disorder) didefinisikan sebagai gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pikiran yang tak terkendali dan berulang (obsesi), serta perilaku berulang yang dirasa perlu dilakukan (kompulsi) untuk meredakan kecemasan yang disebabkan oleh obsesi tersebut. Adapun gangguan kecemasan yang terjadi pada masa kanak-kanak, yang membuat seseorang tidak dapat berbicara dalam situasi sosial tertentu, meski bisa berbicara secara normal pada situasi lainnya.
Pada Greta, gangguan psikologis yang dia derita tersebut justru membuatnya menjadi sangat fokus dalam ide-ide yang ingin dia capai. Jadi, gangguan psikologis tersebut justru menjadi kekuatan besar dalam aktivisme-nya, termasuk dalam upaya mendobrak Blokade Gaza. Meskipun secara fisik, untuk kedua kalinya Greta gagal mendarat di Gaza, dia tetaplah tercatat dalam sejarah sebagai anak muda yang tak pernah menyerah untuk mencapai ide-ide yang diyakini kebenarannya. Dia telah membuka mata dunia untuk peduli terhadap Gaza. Semoga keteguhan Greta Thunberg menginspirasi anak muda lainnya di seluruh dunia.
Penulis: Afifah Afra.


Posting Komentar untuk "Mengenal Greta Thunberg, Sang Pendobrak Blokade Gaza"
Posting Komentar