Widget HTML #1

judul gambar

Bencana Ekologis Lumpuhkan Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara


Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun! Menjelang penutup tahun 2025, dunia dikejutkan dengan musibah banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara pada akhir November 2025. Kejadian ini menjadi salah satu tragedi ekologis terbesar dalam tiga dekade terakhir. Hujan deras yang berlangsung sejak dini hari memicu meluapnya sungai-sungai besar serta membuat struktur tanah di kawasan perbukitan runtuh. Fenomena ekstrem ini disebut sebagai dampak langsung dari badai siklon Senyar, sistem cuaca yang membawa curah hujan sangat tinggi, angin kencang, serta tekanan udara tidak stabil di sepanjang pesisir barat Sumatera.

Namun, curah hujan ekstrem bukan satu-satunya penyebab. Banyak pihak menyoroti fakta bahwa pada aliran sungai ditemukan banyak kayu gelondongan yang hanyut terbawa arus. Kayu-kayu tersebut bukan material alami yang seharusnya berada di sungai, melainkan indikasi kuat adanya pembalakan liar dan penggundulan hutan di daerah hulu. Pengiriman gelondongan tanpa izin, pembersihan lahan untuk kebun komersial, serta lemahnya pengawasan kehutanan telah memperparah kondisi ekologi Sumatera selama bertahun-tahun.

Deforestasi Memicu Bencana

Bencana kali ini seolah menegaskan bahwa deforestasi di Indonesia telah mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Dalam tiga dekade terakhir, Indonesia kehilangan jutaan hektare hutan primer—rumah bagi keanekaragaman hayati sekaligus benteng alami yang menjaga stabilitas tanah dan air. Berbagai lembaga lingkungan hidup memperkirakan bahwa saat ini Indonesia telah kehilangan hampir 80% tutupan hutan asli, sebuah angka yang mencerminkan betapa rapuhnya sistem lingkungan di negeri ini.

Dampaknya pun sangat tragis. Hingga hari ini (3/12), tercatat 753 jiwa meninggal dunia, sementara lebih dari 600 orang masih dinyatakan hilang. Ratusan warga mengungsi ke pos-pos darurat. Total warga yang terpapar musibah ini menurut data dari BNPB mencapai sekitar 3,3 juta jiwa. Banjir ini juga menyebabkan infrastruktur rusak berat, dan akses logistik menuju daerah terdampak sempat terputus selama beberapa hari. Pemerintah bersama relawan masih berupaya keras melakukan evakuasi, pencarian korban, serta pemulihan jalur transportasi.

Lebih dari sekadar musibah alam, tragedi ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya menjaga amanah lingkungan. Kerusakan hutan bukan hanya persoalan ekologis, tetapi juga menyangkut keselamatan manusia. Longsor, banjir, dan banjir bandang terjadi karena air kehilangan tempat berpijak, tanah kehilangan daya serap, dan lereng menjadi rapuh akibat hilangnya akar-akar pepohonan.

Kewajiban Umat Muslim dalam Menolong Korban Bencana

Musibah ekologis ini semestinya membuat Umat Islam harus berkontemplasi, sebab terjadinya musibah ini sebenarnya merupakan kegagalan manusia dalam menjalankan amanah sebagai khalifatu fil ardhi atau sebagai pengelola alam semesta. Umat Islam harus menjadi yang terdepan dalam memikirkan langkah-langkah pelestarian alam semesta.

Selain lebih serius menjaga alam semesta, sebagai seorang Muslim, bencana ini mengajak kita untuk tidak tinggal diam. Islam menegaskan bahwa membantu orang yang tertimpa musibah adalah bentuk ibadah dan kemuliaan akhlak.

Allah SWT berfirman,    “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…”  Ayat ini menegaskan bahwa solidaritas sosial, termasuk membantu korban bencana, merupakan bentuk ketakwaan.

Dalam sabdanya, Nabi SAW juga menegaskan,   “Barang siapa meringankan satu kesulitan seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesulitannya pada hari kiamat.” (HR. Muslim).

Kebaikan sosial—termasuk memberi bantuan, donasi, tenaga, atau doa—merupakan amal yang sangat dianjurkan. Bencana besar ini hendaknya menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan sekaligus mengoreksi kesalahan kolektif dalam menjaga alam. Menolong sesama adalah kewajiban, namun memperbaiki kerusakan lingkungan adalah amanah yang harus ditunaikan agar tragedi serupa tidak kembali terulang. Semoga Sumatera segera pulih, dan bangsa ini belajar menjaga bumi dengan lebih bijaksana. [AF].


Posting Komentar untuk "Bencana Ekologis Lumpuhkan Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara"